2 Desember 2017

LAPORAN PENDAHULUAN BLIGHTED OVUM

BAB I
KONSEP MEDIS

  1. DEFINISI
Blighted  Ovum  (BO) adalah kehamilan tanpa janin (anembryonic pregancy), jadi cuma ada kantong gestasi (kantong kehamilan) dan air ketuban saja.
Kehamilan anembryonic mengacu pada kehamilan di mana kantung kehamilan berkembang di dalam rahim, namun kantung kosong dan tidak mengandungembrio. Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa embrio berhenti berkembang pada tahap yang sangat awal dan itu kembali diserap. Kehamilan Anembryonic" berarti kehamilan tanpa embrio.
 Dikenal sebagai "kehamilan anembryonic" terjadi ketika telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim, tetapi embrio tidak berkembang.Sel berkembang untuk membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak embrio itu sendiri.
Blighted  ovum adalah jenis umum keguguran. Ini terjadi ketika telur dibuahi di dalam rahim tetapi embrio yang dihasilkan berhenti berkembang sangat awal atau tidak terbentuk sama sekali. (Dr Umesh Jindal)
Blighted ovum (anembryonic pregnancy) terjadi pada saat ovum yang sudah dibuahi menempel ke dinding uterus, tapi embrio tidak berkembang. Sel-sel berkembang membentuk kantong kehamilan, tapi tidak membentuk embrio itu sendiri. Blightedovum biasanya terjadi pada trimester pertama sebelum wanita tersebut mengetahui tentang kehamilannya.

  1. ETIOLOGI
1.      Kelainan kromosom pada saat proses pembuahan sel telur dan sel sperma (kualitas seltelur yang tidak bagus).
2.      Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan  penyakit  diabetes dapat  ikut  menyebabkan terjadinya blighted ovum.
3.      Faktor usia semakain tinggi usia suami atau istri, semakin tinggi pula peluang terjadinya blighted ovum.
4.      Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan sakit kencing manis/diabetes  melitus yang tidak terkontrol pada ibu hamil dapat menjadi menyebabkan terjadinya kehamilan kosong.

  1. PATOFISIOLOGI
Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akantetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya  hal ini disebabkan  Plasenta menghasilkan hormone  HCG  (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat  hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon  HCG yang  menyebabkan  munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif
.
  1. KOMPLIKASI
a.       Robekan serviks
b.      Perforasi uterus
c.       Perdarahan
d.      infeksi

  1. TANDA DAN GEJALA
a.       Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda kelainan
b.      Kantung kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin positif
c.       Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-7 minggu.
d.      Kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak ringan.
e.       Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali.
Gejala dan tanda-tanda mungkin termasuk :
1)      Periode menstruasi terlambat
2)      Kram perut
3)      Minor vagina atau bercak perdarahan
4)      Tes kehamilan positif pada saat gejala
5)      Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan
6)      Hampir sama dengan kehamilan normal
7)      Tidak sengaja ditemukan dengan USG

  1. PENATALAKSANAAN
Jika telah di diagnosis blighted  ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya . Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan  program imunoterapi sehingga kelak dapat  hamil sungguhan. Lebih penting adalah trauma mental untuk pasangan. Hal ini membutuhkan  konseling dan meyakinkan mereka bahwa proses ini sangat umum. Hal ini lebih baik untuk menghindari kehamilan selama 2 bulan dan dapat mencoba lagi.

  1. PENCEGAHAN
1.      Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita.
2.       Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH,  imunisasi rubella pada wanita yang hendak  hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun,  menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik.






































PATHWAY BLIGHTED OVUM


Fisiologi organ terganggu


Hasil konsepsi dalam rahim tidak
Berkembang


Blighted ovum                                    kurang pengetahuan

Luka post kuret           tindakan kuretasi         kelemahan
     Nyeri                      resiko infeksi               intoleransi aktifitas

                                                                                                Perubahan status
Kesehatan
                                                                                                ansietas








BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas klien
2.      keluhan utama
3.      riwayat penyakit sekarang
4)      Riwayat Kesehatan Sekarang
5)      Riwayat Kesehatan keluarga
6)      Riwayat Pernikahan
7)      Riwayat Menstruasi
8)      Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
9)      Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas sekarang
10)  Riwayat KB

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Nyeri Akut b/d Luka Post Kuret
2.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3.      Ansiatas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4.      Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase

C.     INTERVENSI KEPERAWATAN

A.    Nyeri Akut b/d Luka Post Kuret
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang / hilang dengan kriteria hasil :
·           Melaporkan nyeri berkurang / hilang
·           Ketegangan otot berkurang / hilang
·           Dapat istirahat
INTERVENSI :
1.        Kaji skala nyeri
R/  Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
2.        Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri
R/ Untuk mengurangi ketegangan dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan
3.        Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
R/  Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien
4.        Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/  Dapat membantu mengurangi nyeri

B.     Intoleransi Aktifitas b/d Kelemahan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan intoleransi aktifitas teratasi dengan indikator:
·         Klien mampu menunjukkan kemampuan berpindah
·         Klien menunjukkan kemampuan ambulasi : berjalan/kursi roda
·         Tidak terdapat adanya tanda dan gejala gangguan sirkulasi akibat aktifitas yang terbatas
INTERVENSI :
  1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan.
R/ Mengetahui perubahan pola aktifitas yang terjadi pada pasien
  1. Monitor lokasi ketidaknyamanan / nyeri selama gerakan atau aktifitas
R/ Mengetahui faktor penyebab intoleransi aktifitas dan menentukan intervensi dengan tepat
  1. Kaji kemampuan pasien dalam aktifitas
R/ Mengetahui sejauh mana batasan aktifitas pasien
  1. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kebutuhan
R/ Mengoptimalkan kemampuan pasien dalam aktifitas
  1. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kebutuhan ADL
R/ Memberikan rasa aman pada pasien saat melakukan aktifitas dan meningkatkan rasa percaya diri pasien
C.     Ansietas  b/d  Perubahan Status Kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, masalah keperawatan cemas teratasi dengan indikator:
·         Klien menunjukkan kecemasan berkurang
·         Secara verbal klien mengatakan cemas dapat teratasi pada level yang dapat ditangani oleh pasien sendiri
INTERVENSI :
a.       Gunakan pendekatan yang menyenangkan
R/ Membina hubungan saling percaya guna mendapatkan informasi adekuat yang dibutuhkan perawat
b.      Pahami perspektif pasien terhadap stress
R/  Penilaian seseorang terhadapt stres dan mekanisme kopingnya tidak selalu sama
c.       Temani pasien untuk memberikan kemanan
R/  Faktor dukungan moral dapat membuat pasien merasa aman dan menurunkan kecemasan
d.      Berikan informasi adekuat mengenai diagnosis, tindakan dan prognosis
R/ Informasi adekuat akan membuat pasien ikut berpartisipasi dalam tindakan keperawatan dan menurunkan tingkat kecemasan pasien
e.       Dorong keluarga untuk menemani pasien
R./ Menghindari perilaku isolasi sosial karena faktor perubahan kondisi tubuh dan kesehatan dan meningkatkan rasa aman pasien
f.       Bantu pasien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan
R/ Pengetahuan yang adekuat sehingga pasien mampu memilih mekanisme koping yang tepat terhadap stress
g.      Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
R/ Relaksasi pikiran menstimulasi rangsang saraf agar menjadi tenang dan rileks

D.    Risiko Infeksi b/d Prosedur Pembedahan (Kuretase)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan risiko infeksi  teratasi dengan indikator:
·         Tidak didapatkan tanda terjadinya infeksi
·         Tidak didapatkan fatigue kronis
INTERVENSI :
1.        Bersihkan lingkungan atau alat-alat setelah dipakai oleh pasien
R/ Mencegah invasi bakteri di sekitar lingkungan pasien
2.        Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menengok pasien
R/ Mencegah terjadinya penyebaran infeksi nosokomial
3.        Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
R/ Mencegah terjadinya penyebaran bakteri baik bagi pasien maupun perawat
4.         Gunakan universal precaution / APD selama kontak dengan kulit yang luka
R/ Sebagai standar prosedur tindakan dan mencegah invasi bakteri
5.        Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
R/ Nutrisi adekuat meningkatkan kesembuhan luka lebih efektif
6.        Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, dan nyeri
R/ Acuan intervensi dengan tepat bagi kondisi pasien dan mencegah keparahan infeksi
7.        Kaji temperatur tiap 4 jam
R/ Mengetahui pola normal metabolic
8.        Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
R/ Mencegah infeksi terjadi pada luka pada pasien





DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorho    use. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Ajaran Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Mansjoer, Arif Dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika


Tidak ada komentar: