2 Desember 2017

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS INCOMPLIT

  1. DEFINISI
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009)
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang tertinggal pada desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh, 2010).

  1. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut:

1.      Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1)      Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks.
2)      Faktor lingkungan endometrium
  1. Endometrium  yang  belum  siap  untuk  menerima  implantasi hasil konsepsi.
  2. Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
2.  Pengaruh luar
a)      Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi
b)      Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
3.      Kelainan Pada Plasenta
a)      Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi.
b)      Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita diabetes mellitus
c)      Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan keguguran.
4.      Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit diabetesmilitus.

  1. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak  dikeluarkan dalam  waktu singkat, maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).

  1. TANDA DAN GEJALA
a.       Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1)      Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2)      Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3)      Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4)      Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5)      Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
b.      Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
1)      Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2)      Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3)      perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
4)      Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5)      Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau  kadang-kadang sudah  menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
6)      Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok (Maryunani, 2009).

  1. PENATALAKSAAN MEDIS
a.       Pemeriksaan umum:
  1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda vital.
  2. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
  3. Jika dicurigai terjadi syok, segera  lakukan  penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.
  4. Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.
  5. Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam pertama (Syaifuddin, 2006).
b.      Penanganan Abortus Inkomplit
  1. Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok dan sepsis)
  2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
a.       Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia.

  1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.                   Darah
Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I dan TM III 11 gr % dan TM II 10,5 gr %).
b.                  Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan kehamilan dan persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.
c.              USG
  Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion masih ada.

KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.          Identitas Klien
2.          Keluhan Utama: Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.
3.          Riwayat Kesehatan
4.          Riwayat Pembedahan
5.          Riwayat penyakit yang pernah dialami
6.          Riwayat kesehatan keluarga
7.          Riwayat kesehatan reproduksi
8.          Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
9.          Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
10.      Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
b.      Pemeriksaan Fisik

  1. Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.
  1. Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
  1. Perkusi
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
  1. Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39).

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.         Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2.         Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan aktif
3.         Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses kuretase
4.         Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap keselamatan bayi yang di kandungnya.
5.         Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.






DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC. Jakarta. 2004
http://wahyuni-abortusinkomplit.blogspot.com/2011/12/manajemen-asuhan-kebidanan-ny-n-gestasi.html Diakses pada tanggal 14 November 2014
http://karyatulisilmiah07.blogspot.com/2012/11/abortus-inkomplit-oleh-kurniawati.html Diakses pada tanggal 14 November 2014
http://ukkyputrinurse.wordpress.com/2013/04/22/laporan-pendahuluan-askep-abortus/ Diakses pada tanggal 14 November 2014
Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, Media Aesculapius Jakarta 2000.

Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP. Jakarta.

LAPORAN PENDAHULUAN BLIGHTED OVUM

BAB I
KONSEP MEDIS

  1. DEFINISI
Blighted  Ovum  (BO) adalah kehamilan tanpa janin (anembryonic pregancy), jadi cuma ada kantong gestasi (kantong kehamilan) dan air ketuban saja.
Kehamilan anembryonic mengacu pada kehamilan di mana kantung kehamilan berkembang di dalam rahim, namun kantung kosong dan tidak mengandungembrio. Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa embrio berhenti berkembang pada tahap yang sangat awal dan itu kembali diserap. Kehamilan Anembryonic" berarti kehamilan tanpa embrio.
 Dikenal sebagai "kehamilan anembryonic" terjadi ketika telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim, tetapi embrio tidak berkembang.Sel berkembang untuk membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak embrio itu sendiri.
Blighted  ovum adalah jenis umum keguguran. Ini terjadi ketika telur dibuahi di dalam rahim tetapi embrio yang dihasilkan berhenti berkembang sangat awal atau tidak terbentuk sama sekali. (Dr Umesh Jindal)
Blighted ovum (anembryonic pregnancy) terjadi pada saat ovum yang sudah dibuahi menempel ke dinding uterus, tapi embrio tidak berkembang. Sel-sel berkembang membentuk kantong kehamilan, tapi tidak membentuk embrio itu sendiri. Blightedovum biasanya terjadi pada trimester pertama sebelum wanita tersebut mengetahui tentang kehamilannya.

  1. ETIOLOGI
1.      Kelainan kromosom pada saat proses pembuahan sel telur dan sel sperma (kualitas seltelur yang tidak bagus).
2.      Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan  penyakit  diabetes dapat  ikut  menyebabkan terjadinya blighted ovum.
3.      Faktor usia semakain tinggi usia suami atau istri, semakin tinggi pula peluang terjadinya blighted ovum.
4.      Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan sakit kencing manis/diabetes  melitus yang tidak terkontrol pada ibu hamil dapat menjadi menyebabkan terjadinya kehamilan kosong.

  1. PATOFISIOLOGI
Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akantetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya  hal ini disebabkan  Plasenta menghasilkan hormone  HCG  (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat  hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon  HCG yang  menyebabkan  munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif
.
  1. KOMPLIKASI
a.       Robekan serviks
b.      Perforasi uterus
c.       Perdarahan
d.      infeksi

  1. TANDA DAN GEJALA
a.       Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda kelainan
b.      Kantung kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin positif
c.       Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-7 minggu.
d.      Kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak ringan.
e.       Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali.
Gejala dan tanda-tanda mungkin termasuk :
1)      Periode menstruasi terlambat
2)      Kram perut
3)      Minor vagina atau bercak perdarahan
4)      Tes kehamilan positif pada saat gejala
5)      Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan
6)      Hampir sama dengan kehamilan normal
7)      Tidak sengaja ditemukan dengan USG

  1. PENATALAKSANAAN
Jika telah di diagnosis blighted  ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya . Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan  program imunoterapi sehingga kelak dapat  hamil sungguhan. Lebih penting adalah trauma mental untuk pasangan. Hal ini membutuhkan  konseling dan meyakinkan mereka bahwa proses ini sangat umum. Hal ini lebih baik untuk menghindari kehamilan selama 2 bulan dan dapat mencoba lagi.

  1. PENCEGAHAN
1.      Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita.
2.       Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH,  imunisasi rubella pada wanita yang hendak  hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun,  menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik.






































PATHWAY BLIGHTED OVUM


Fisiologi organ terganggu


Hasil konsepsi dalam rahim tidak
Berkembang


Blighted ovum                                    kurang pengetahuan

Luka post kuret           tindakan kuretasi         kelemahan
     Nyeri                      resiko infeksi               intoleransi aktifitas

                                                                                                Perubahan status
Kesehatan
                                                                                                ansietas








BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas klien
2.      keluhan utama
3.      riwayat penyakit sekarang
4)      Riwayat Kesehatan Sekarang
5)      Riwayat Kesehatan keluarga
6)      Riwayat Pernikahan
7)      Riwayat Menstruasi
8)      Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
9)      Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas sekarang
10)  Riwayat KB

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Nyeri Akut b/d Luka Post Kuret
2.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3.      Ansiatas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4.      Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase

C.     INTERVENSI KEPERAWATAN

A.    Nyeri Akut b/d Luka Post Kuret
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang / hilang dengan kriteria hasil :
·           Melaporkan nyeri berkurang / hilang
·           Ketegangan otot berkurang / hilang
·           Dapat istirahat
INTERVENSI :
1.        Kaji skala nyeri
R/  Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
2.        Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri
R/ Untuk mengurangi ketegangan dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan
3.        Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
R/  Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien
4.        Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/  Dapat membantu mengurangi nyeri

B.     Intoleransi Aktifitas b/d Kelemahan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan intoleransi aktifitas teratasi dengan indikator:
·         Klien mampu menunjukkan kemampuan berpindah
·         Klien menunjukkan kemampuan ambulasi : berjalan/kursi roda
·         Tidak terdapat adanya tanda dan gejala gangguan sirkulasi akibat aktifitas yang terbatas
INTERVENSI :
  1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan.
R/ Mengetahui perubahan pola aktifitas yang terjadi pada pasien
  1. Monitor lokasi ketidaknyamanan / nyeri selama gerakan atau aktifitas
R/ Mengetahui faktor penyebab intoleransi aktifitas dan menentukan intervensi dengan tepat
  1. Kaji kemampuan pasien dalam aktifitas
R/ Mengetahui sejauh mana batasan aktifitas pasien
  1. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kebutuhan
R/ Mengoptimalkan kemampuan pasien dalam aktifitas
  1. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kebutuhan ADL
R/ Memberikan rasa aman pada pasien saat melakukan aktifitas dan meningkatkan rasa percaya diri pasien
C.     Ansietas  b/d  Perubahan Status Kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, masalah keperawatan cemas teratasi dengan indikator:
·         Klien menunjukkan kecemasan berkurang
·         Secara verbal klien mengatakan cemas dapat teratasi pada level yang dapat ditangani oleh pasien sendiri
INTERVENSI :
a.       Gunakan pendekatan yang menyenangkan
R/ Membina hubungan saling percaya guna mendapatkan informasi adekuat yang dibutuhkan perawat
b.      Pahami perspektif pasien terhadap stress
R/  Penilaian seseorang terhadapt stres dan mekanisme kopingnya tidak selalu sama
c.       Temani pasien untuk memberikan kemanan
R/  Faktor dukungan moral dapat membuat pasien merasa aman dan menurunkan kecemasan
d.      Berikan informasi adekuat mengenai diagnosis, tindakan dan prognosis
R/ Informasi adekuat akan membuat pasien ikut berpartisipasi dalam tindakan keperawatan dan menurunkan tingkat kecemasan pasien
e.       Dorong keluarga untuk menemani pasien
R./ Menghindari perilaku isolasi sosial karena faktor perubahan kondisi tubuh dan kesehatan dan meningkatkan rasa aman pasien
f.       Bantu pasien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan
R/ Pengetahuan yang adekuat sehingga pasien mampu memilih mekanisme koping yang tepat terhadap stress
g.      Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
R/ Relaksasi pikiran menstimulasi rangsang saraf agar menjadi tenang dan rileks

D.    Risiko Infeksi b/d Prosedur Pembedahan (Kuretase)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan risiko infeksi  teratasi dengan indikator:
·         Tidak didapatkan tanda terjadinya infeksi
·         Tidak didapatkan fatigue kronis
INTERVENSI :
1.        Bersihkan lingkungan atau alat-alat setelah dipakai oleh pasien
R/ Mencegah invasi bakteri di sekitar lingkungan pasien
2.        Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menengok pasien
R/ Mencegah terjadinya penyebaran infeksi nosokomial
3.        Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
R/ Mencegah terjadinya penyebaran bakteri baik bagi pasien maupun perawat
4.         Gunakan universal precaution / APD selama kontak dengan kulit yang luka
R/ Sebagai standar prosedur tindakan dan mencegah invasi bakteri
5.        Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
R/ Nutrisi adekuat meningkatkan kesembuhan luka lebih efektif
6.        Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, dan nyeri
R/ Acuan intervensi dengan tepat bagi kondisi pasien dan mencegah keparahan infeksi
7.        Kaji temperatur tiap 4 jam
R/ Mengetahui pola normal metabolic
8.        Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
R/ Mencegah infeksi terjadi pada luka pada pasien





DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorho    use. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Ajaran Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Mansjoer, Arif Dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika