29 Agustus 2017

LAPORAN PENDAHULUAN LBP (LOW BACK PAIN)

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A.    DEFINISI
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2010)
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,2012).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.

B.     ETIOLOGI
a.       Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
·       Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.
·       Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis.
b.      Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
c.       Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
d.      Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
e.       Kegemukan.
f.       Mengangkat beban dengan cara yang salah.
g.      Keseleo.
h.      Terlalu lama pada getaran.
i.        Gaya berjalan.
j.        Merokok.
k.      Duduk terlalu lama.
l.        Kurang latihan (oleh raga).
m.    Depresi /stress.
n.      Olahraga (golp,tennis,sepak bola).

C.     PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain
Nyeri yang ada pada low Back Pain 2 macam :
1.      Nyeri Nosiseptif
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah periosteum, 1/3 bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus intervertebralis) ligamentum kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua banguan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus(mekanik, termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh sebagian stimulus lokal akan, dijawab dengan pengeluaran sebagai mediator inflamasi dan substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya persepsinyeri., hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan berlangsung proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan yang lebih berat adalah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri. Pembungkus syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang merupakan akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan sebagai sumber nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung menyebabkan nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia.
2.      Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada LBP
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering ditemukan pada LBP berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena  Hernia Nukleus Pulposus (HNP, penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan artikulasio atau jaringan sekitarnya, fraktur mikro (misalnya penderita osteoporosis), penekanan oleh tumor dan sebagainya.

D.    TANDA DAN GEJALA
1.      Perubahan dalam gaya berjalan.
a.       Berjalan terasa kaku.
b.      Tidak bias memutar punggung.
c.       Pincang.
2.      Persyarafan
a.       Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
b.      Tidak terkontrol Bab dan Bak.
3.      Nyeri.
a.       Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b.      Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c.       Nyeri otot dalam.
d.      Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e.       Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f.       Nyeri pada pertengahan bokong.
g.      Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
E.     PENATALAKSANAAN
1. Penata Laksanaan Keperawatan.
-           Informasi dan edukasi.
-           NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas.
2. Medis
a. Formakoterapi.
-           NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
-           NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah
-           Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
-           Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang intractable)
c. Bedah
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
-           Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
-           Defisit neurologik memburuk.
-           Sindroma kauda.

F.      KOMPLIKASI 
Ø  Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).
Ø  Osteoporosis.
Ø  Depresi.
Ø  Stress.

G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Neurofisiologik
§  Electromyography (EMG)
§  Need EMG dan H-reflex  dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks lebih dari 3-4 minggu
§  Bila diagnosis radikulapati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, pemeriksaan elektrofisiologik tidak dianjurkan.
§  Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal dan mielopati spinal.
2. Radiologik
§   Foto polos.
§   Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin penderita NPB.
§   Direkomendasikan untuk menyampingkan adanya kelainan tulang.
§   Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging (MRI)
§   Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP perlengketan
§   Discography tidak direkomendasikan pada NPB oleh karena invasive
3. Laboratorium
§  Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor rematoid, fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)
§  Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri
§  Likuor serebrospinal (atas indikasi)









BAB II
KONSEP  KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1.     Pengkajian
1)     Riwayat Penyakit
a.       Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
b.      Riwayat penyakit sekarang
1.      Diskripsi gejala dan lamanya
2.      Dampak gejala terhadap aktifitas harian
3.      Respon terhadap pengobatan sebelumnya
4.      Riwayat trauma
c.       Riwayat Penyakit Sebelumnya
1.      Immunosupression (supresis imun)
2.      Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
3.      Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker atau infeksi.
4.      Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau infeksi) atau pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)
5.      Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati seronegatif: ankylosing spondyli-tis, artristis psoriatic, spondiloartropati reaktif, sindroma fibromialgia)
6.      Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal, kelahinan otot paraspinal, kelainan sendi sakroilikal, spondilosis / spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik)
7.      Adanya demam (infeksi)
8.      Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause)
9.      Keluhan visceral (referred pain)
10.  Gangguan miksi
11.  Saddle anesthesia
12.  Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi kauda ekwina)
13.  Lokasi dan penjalaran nyeri.
b. Pemeriksaan fisik
Ø  Keadaan Umum
Ø  Pemeriksaan persistem
Ø  Sistem persepsi dan sensori
Ø  Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
Ø  Sistem pernafasan
Ø  Sistem kardiovaskuler
Ø  Sistem Gastrointestinal
Ø  Sistem Integumen
Ø  Sistem Reproduksi
Ø  Sistem Perkemihan
c. Pola fungsi kesehatan
Ø  Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Ø  Pola aktifitas dan latihan
Ø  Pola nutrisi dan metabolisme
Ø  Pola tidur dan istirahat
Ø  Pola kognitif dan perceptual
Ø  Persepsi diri/konsep diri
Ø  Pola toleransi dan koping stress
Ø  Pola seksual reproduksi
Ø  Pola hubungan dan peran
Ø  Pola nilai dan keyakinan

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.    Nyeri akut b.d spasme otot,masalah muskuloskeletal,tekanan saraf
b.    Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi, kontraktur.
c.    Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
d.   Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakitnya
e.    Kurang perawatan diri b/d kerusakan muskuloskeletal ,penurunan kekuatan
C.     RENCANA KEPERAWATAN
1.    Nyeri akut b/d spasme otot,masalah muskuloskeletal,tekanan saraf
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang / hilang dengan kriteria hasil :
§   Melaporkan nyeri berkurang / hilang
§   Ketegangan otot berkurang / hilang
§   Dapat istirahat
Intervensi :
1.        kaji skala nyeri
R/  Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
2.        Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri
R/ Untuk mengurangi ketegangan dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan
3.        Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
R/  Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien
4.        Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/  Dapat membantu mengurangi nyeri

2.     Kerusakan mobilitas fi-sik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, keka-kuan sendi atau kon-traktur.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan klien mampu mencapai mobilitas fisik dengan kriteria hasil :
§  Klien dapat melakukan  mobilitas secara bertahap dengan tanpa merasakan nyeri.
§  Menggerakkan otot dan sendi
§  Mampu pindah tempat tanpa bantuan
§  Berjalan tanpa bantuan
Intervensi :
1.      Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
R/ Istirahat sistemik di anjurkan selama eksaserbasi akut.
2.      Bantu dengan rentang gerak aktif pasif jika memungkinkan.
R/ Mempertahankan / meningkatlkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina.
3.      Ubah posisi dengan sesering mungkin.
R/ Menghilanhgkan tekanan pada jarinhgan dan meningkatkan sirkulasi
4.      Kolaborasi dengan fisioterapi
R/ berguna dalam memformulasikan program latihan/aktifitas.

3.      Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam  diharapkan klien dapat terpenuhi kebutuhan tidurnya dengan kriteria hasil:
§  Jumlah jam tidur cukup
§  Pola tidur normal
§  Tidur secara teratur
§  Tidak sering terbangun
Intervensi :
1.      Kaji  pola tidur / pola aktivitas
R/  Untuk mengetahui perubahan pola tidur
2.      ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
R/  Dapat membantu meningkatkan istirahat klien dengan baik
3.      Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup  selama sakit.
R/  Tidur yang cukup dapat meredakan nyeri
4.      batasi pengunjung yang datang menjenguk
R/  Untuk meminimalkan istirahat yang cukup selama sakit.

4.      Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakitnya.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan rasa cemas berkurang  dan klien mengerti tentang penyakitnya dengan kriteria hasil :
§  klien nampak rileks
§  klien tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakitnya
§  klien tidak merasa cemas dan takut
§  klien mampu bekerjasama dengan perawat untuk proses penyembuhannya.

Intervensi :
1.      Kaji tingkat kecemasan klien
R/ memberikan intervensi yang cepat dan tepat
2.      Bina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien
R/ Agar pasien lebih mudah memahami yang dijelaskan tentang penyakitnya
3.      Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
R/ Untuk mengurangi beban fikiran klien.
4.      Beri informasi yang akurat tentang penyakitnya
R/ Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya

5.    Kurang perawatan diri b/d kerusakan muskuloskeletal ,penurunan kekuatan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri dengan kriteria hasil :
§  Pasien akan melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.
Intervensi :
1.      Pertahankan mobilitas,kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional
2.      Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri
R/ menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian,yang akan meningkatkan harga diri.
3.      Konsul dengan ahli terapi okupasi
R/ berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual
4.      Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual.



DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012. http://nursingbegin.com/askep-lbp/.
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal 12 Februari 201.  http://sedetik.multiply.com/journa