BIOGRAFI FLORENCE NIGHTINGALE
“BIDADARI BERLAMPU”
OLEH
FAHTIAR ADAM
201401005
PROGRAM STUDI S1 ILMU
KEPERAWATAN
STIKES MUHAMADIYAH
SIDRAP
TAHUN 2016
Florence Nightingale
lahir di Firenze (Florence), Italia tanggal 12 Mei 1820. Ayah Florence bernama
Wiliam Nightingale seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London. Ibunya
Frances (“Fanny”) Nightingale née Smith keturunan ningrat, keluarga Nightingale
adalah keluarga terpandang. Florence memiliki seorang kakak bernama Parthenope.
Semasa kecil Florence Nightingale tinggal di Lea Hurst yaitu sebuah rumah besar
dan mewah milik ayahnya. Saat usia remaja, Florence tidak seperti anak ningrat
kebanyakan yang suka bermalas-malasan dan berfoya-foya, Florence lebih banyak
beraktivitas diluar rumah membantu warga sekitar yang membutuhkan.
Tahun 1846 ia
mengunjungi Kaiserswerth, Jerman. Ia mengenal lebih jauh tentang Rumah Sakit
Modern Pioner yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner bersama istrinya
dan dikelola oleh biarawati Lutheran dari kalangan katolik. Disana Florence
terpesona akan pekerjaan sosial keperawatan yang dipraktekan oleh para biarawati,
Florence pulang ke Inggris dengan membawa angan-angannya tentang keperawatan.
Tahun 1851 saat
Florence menginjak usia 31 tahun ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes
(seorang penyair dan seorang nigrat) namun lamaran tersebut ditolaknya karena
pada tahun tersebut Florence sudah membulatkan tekadnya untuk mengabdikan
dirinya didunia keperawatan. Keinginan Florence menjadi perawat ditentang keras
oleh ibu dan kakaknya karena pada saat itu di tempatnya perawat dianggap
sebagai pekerjaan hina. Ayahnya setuju jika Florence mengabdikan diri untuk
kemanusiaan, namun ayahnya tidak setuju jika ia menjadi perawat di rumah sakit,
karena saat itu rumah sakit adalah tempat yang kotor dan menjijikkan.
Namun, Florence tetap
pergi ke Kaiserswerth untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana, ia
belajar disana selama empat bulan, walaupun ditekan oleh keluarganya yang
khawatir terjadi implikasi sosial yang timbul karena seorang gadis yang menjadi
perawat serta latar belakang RS yang Katolik sementara Florence dari Kristen
Protestan. Selain itu, Florence pernah bekerja di rumah sakit untuk orang
miskin di Perancis.
Tanggal 12 Agustus
1853, Florence kembali ke London dan bekerja sebagai pengawas bagian
keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen,sebuah rumah sakit
kecil di Upper Harley Street, London. Posisi ini ia tekuni hingga Oktober 1854,
karena tahun ini terjadi Perang Krimea sehingga ia menjadi sukarelawan untuk
merawat korban perang. Ayah Florence memberinya €500 pertahun (Setara Rp.425
juta pada saat sekarang) sehingga ia dapat hidup nyaman dan meniti karirnya.
Di rumah sakit ini ia
berargumentasi keras dengan komite rumah sakit karena menolak pasien yang
beragama katolik, Florence mengancam akan mengundurkan diri kecuali pihak rumah
sakit merubah peraturan memberinya izin tertulis bahwa; “ Rumah Sakit akan
menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama
lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta
mereka termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam”. Dan akhirnya komite rumah
sakit pun menyetujuinya.
Meletusnya perang di
Semenanjung Krimea tahun 1854 yang memakan banyak korban membuat Florence
mengajukan surat kepada menteri penerangan inggris saat itu (Sydney Hubert)
untuk menjadi sukarelawan, ia merupakan sukarelawan wanita satu-satunya yang
mendaftarkan diri. Tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang
telah ia latih termasuk bibinya Mai Smith, mereka berangkat ke Turki menumpang
sebuah kapal, bulan November 1854 mereka mendarat di di rumah sakit pinggir
pantai di Scutari.
Kondisi rumah sakit
tersebut saat Florence baru tiba disana sangat mengerikan, semua ruangan penuh
sesak dengan prajurit yang terluka dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di
halaman tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat. Potongan-potongan
tubuh sisa amputasi tertumpuk diluar jendela dan tidak ada yang membuangnya
sehingga menggunung dan menimbulkan bau tak sedap.
Florence melakukan
perubahan-perubahan penting, ia mengatur tempat tidur para penderita di ruangan
dan untuk penderita diluar ruangan ia mengusahakan setidaknya bernaung dibawah
pohon dan ia juga menugaskan mendirikan tenda. Penjagaan dilakukan secara
teliti, begitu juga perawatan dilakukan dengan cermat; perban diganti secara
berkala, obat diberikan pada waktunya, lantai rumah sakit dipel setiap hari,
meja kursi dibersihkan, baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan bantuan
tenaga dari penduduk setempat. Akhirnya gunungan potongan tubuh manusia selesai
dibersihkan, dibuang jauh-jauh dan dikubur. Dalam sebulan rumah sakit berubah
sama sekali, jeritan dan rintihan prajurit yang terluka sudah berkurang,
walaupun bau akibat tumpukan daging belum hilang sama sekali. Para perawat yang
bekerja disana dibawah pengawasan Florence Nightingale. Pada malam hari ketika
perawat lain beristirahat memulihkan diri, Florence menulis pengalamannya dan
cita-citanya tentang keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.
Kerja keras Florence
membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak terhadap jumlah kematian para
prajurit, angka kematian menjadi yang terbanyak diantara rumah sakit lain
didaerah tersebut. Sebagian besar para prajurit mati karena penyakit tipes,
tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka
perang. Kondisi rumah sakit menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah
lebih banyak dari daya tampungnya sehingga menyebabkan pembuangan limbah dan
ventilasi memburuk.
Pada bulan Maret 1855
setelah hampir enam bulan Florence disana, komisi kebersihan inggris datang
memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara sehingga jumlah
kematian menurun drastis. Sebelumnya Florence yakin bahwa tingkat kematian
prajurit yang tinggi dikarenakan nutrisi yang kurang dari makanan dan juga
beban bekerja yang berat bagi prajurit, namun setelah kembali ke inggris dan
mengumpulkan bukti-bukti dihadapan komisi kesehatan tentara inggris, akhirnya
Florence menyadari bahwa tingkat kematian yang tinggi diakibatkan karena
kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan, sehingga ia gigih
mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal utama. Kampanye tersebut
berhasil menurunkan angka kematian prajurit pada saat tidak terjadi peperangan
dan Florence menunjukan betapa pentingnya desain pembuangan limbah dan
ventilasi udara sebuah rumah sakit.
Pada saat pertempuran
dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada
Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Rombongan pertama datang namun ternyata jumlahnya sedikit, Bintara tersebut
mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah
terlanjur gelap.
Florence memaksa
bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk
mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu
hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Berangkatlah
mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence
satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh
yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa
diselamatkan, termasuk prajurit Rusia. Malam itu mereka kembali dengan membawa
lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap
terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu
untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal
sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong
yang seharusnya sudah meninggal.
Florence Nightingale
kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857. Nightingale
pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington
Hotel di Piccadilly. Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian Komisi
Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua.
Nightingale menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik
mendetail. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer,
dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik
angkatan bersenjata.
Ketika ia masih di
Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik memberikan pengakuan pada Florence
Nightingale untuk hasil kerjanya pada saat perang.Sekembalinya Florence ke
London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan
bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi Sekretaris Kehormatan
dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan
dana yang besar sekali sejumlah ₤45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang
Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyelamatkan banyak jiwa dari
kematian.
Florence menggunakan
uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang
pertama. Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi
perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan
mengijinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat
akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang terdidik. Sekolah tersebut pun
didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London.
Saat dibuka pada
tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan
diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran
lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut
telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru
dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat
dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and
Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.
Pada tahun 1860
Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku
setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence
dan sekolah keperawatan lainnya. Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini
terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi. Pada tahun 1869,
Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita. Pada
tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika“,
berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, Linda Richards menjadi
pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883
Florence dianugerahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh
Ratu Victoria. Pada tahun 1907 Florence Nightingale dianugerahi dengan bintang
jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang
menerima bintang tanda jasa ini. Pada tahun 1908 ia dianugerahkan Honorary
Freedom of the City dari kota London.
Florence Nightingale
meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Ia dimakamkan di
Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.