12 Desember 2016

Apa itu MALLUTAS?







 .  .  . MALLUTAS. Nama ini sudah tidak asing lagi dipikiran para mahasiswa Stikes Muhammadiyah Sidrap hal ini membuktikan bahwa nama Mallutas bukanlah sebuah nama yang bisa sembarang disebut oleh orang, dulu mallutas hanyalah sebuah istilah yang sering mewarnai disetiap perkumpulan tujuh orang mahasiswa yang mempunyai kehebatan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ketujuh orang tersebut adalah Fahtiar, Herlan, Luthfy, Ichwan, Darwin, Muas dan Ikbal.
 Nama-nama ini sudah tidak asing lagi dikampus Stikes Muhammadiyah Sidrap karena hampir semua mahasiswa telah mengenal nama Mallutas dan sebagian nama dari ketujuh orang tadi.
  Setelah satu tahun lebih Mallutas terbentuk hingga kini masih banyak orang-orang yang bertanya apa sih artI dari Mallutas?
Untuk mengetahui arti dari mallutas tidak semua orang bisa memahami artinya kecuali irang tersebut harus punya niat dan dalam keadaan Suci lahir bathin.. hahahaha.
Kata Mallutas adalah kata yang memiliki multifungsi, contohnya : saya jadi Mallutas jika mengingat mantan. Contoh kedua saya jadi Mallutas karena lari keliling lapangan 7 hari 7 malam. Contoh ketiga kalau liat makanan perutku jadi Mallutas.
Itulah arti sesungguhnya dari Mallutas, jadi bagI kalian yang ingin menggunakan kata mallutas dalam kehidupan sehari-hari saya menyarankan agar kalian dalam pengawasan orang tua..


 Demikian yang bisa saya jelaskan tentang Arti dari Mallutas.
Semoga dengan adanya pastingan ini saya berharap pertanyaan tentang Apa itu Mallutas, bisa terjawab setelah membaca postingan ini. Terima kasih.
Karena kuota lagi Mallutas bagi yang ingin tau selengkapnya tentang  Anggota Mallutas, silahkan komentar dikolom yang telah disediakan dibagian bawah.

8 Juni 2016

FLORENCE NIGHTINGALE


BIOGRAFI FLORENCE NIGHTINGALE
“BIDADARI BERLAMPU”



OLEH
FAHTIAR ADAM
201401005




PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES MUHAMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2016





Florence Nightingale lahir di Firenze (Florence), Italia tanggal 12 Mei 1820. Ayah Florence bernama Wiliam Nightingale seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London. Ibunya Frances (“Fanny”) Nightingale née Smith keturunan ningrat, keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence memiliki seorang kakak bernama Parthenope. Semasa kecil Florence Nightingale tinggal di Lea Hurst yaitu sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya. Saat usia remaja, Florence tidak seperti anak ningrat kebanyakan yang suka bermalas-malasan dan berfoya-foya, Florence lebih banyak beraktivitas diluar rumah membantu warga sekitar yang membutuhkan.
Tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman. Ia mengenal lebih jauh tentang Rumah Sakit Modern Pioner yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner bersama istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran dari kalangan katolik. Disana Florence terpesona akan pekerjaan sosial keperawatan yang dipraktekan oleh para biarawati, Florence pulang ke Inggris dengan membawa angan-angannya tentang keperawatan.
Tahun 1851 saat Florence menginjak usia 31 tahun ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes (seorang penyair dan seorang nigrat) namun lamaran tersebut ditolaknya karena pada tahun tersebut Florence sudah membulatkan tekadnya untuk mengabdikan dirinya didunia keperawatan. Keinginan Florence menjadi perawat ditentang keras oleh ibu dan kakaknya karena pada saat itu di tempatnya perawat dianggap sebagai pekerjaan hina. Ayahnya setuju jika Florence mengabdikan diri untuk kemanusiaan, namun ayahnya tidak setuju jika ia menjadi perawat di rumah sakit, karena saat itu rumah sakit adalah tempat yang kotor dan menjijikkan.
Namun, Florence tetap pergi ke Kaiserswerth untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana, ia belajar disana selama empat bulan, walaupun ditekan oleh keluarganya yang khawatir terjadi implikasi sosial yang timbul karena seorang gadis yang menjadi perawat serta latar belakang RS yang Katolik sementara Florence dari Kristen Protestan. Selain itu, Florence pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.

Tanggal 12 Agustus 1853, Florence kembali ke London dan bekerja sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen,sebuah rumah sakit kecil di Upper Harley Street, London. Posisi ini ia tekuni hingga Oktober 1854, karena tahun ini terjadi Perang Krimea sehingga ia menjadi sukarelawan untuk merawat korban perang. Ayah Florence memberinya €500 pertahun (Setara Rp.425 juta pada saat sekarang) sehingga ia dapat hidup nyaman dan meniti karirnya.


Di rumah sakit ini ia berargumentasi keras dengan komite rumah sakit karena menolak pasien yang beragama katolik, Florence mengancam akan mengundurkan diri kecuali pihak rumah sakit merubah peraturan memberinya izin tertulis bahwa; “ Rumah Sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam”. Dan akhirnya komite rumah sakit pun menyetujuinya.
Meletusnya perang di Semenanjung Krimea tahun 1854 yang memakan banyak korban membuat Florence mengajukan surat kepada menteri penerangan inggris saat itu (Sydney Hubert) untuk menjadi sukarelawan, ia merupakan sukarelawan wanita satu-satunya yang mendaftarkan diri. Tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang telah ia latih termasuk bibinya Mai Smith, mereka berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal, bulan November 1854 mereka mendarat di di rumah sakit pinggir pantai di Scutari.
Kondisi rumah sakit tersebut saat Florence baru tiba disana sangat mengerikan, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit yang terluka dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat. Potongan-potongan tubuh sisa amputasi tertumpuk diluar jendela dan tidak ada yang membuangnya sehingga menggunung dan menimbulkan bau tak sedap.

Florence melakukan perubahan-perubahan penting, ia mengatur tempat tidur para penderita di ruangan dan untuk penderita diluar ruangan ia mengusahakan setidaknya bernaung dibawah pohon dan ia juga menugaskan mendirikan tenda. Penjagaan dilakukan secara teliti, begitu juga perawatan dilakukan dengan cermat; perban diganti secara berkala, obat diberikan pada waktunya, lantai rumah sakit dipel setiap hari, meja kursi dibersihkan, baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan bantuan tenaga dari penduduk setempat. Akhirnya gunungan potongan tubuh manusia selesai dibersihkan, dibuang jauh-jauh dan dikubur. Dalam sebulan rumah sakit berubah sama sekali, jeritan dan rintihan prajurit yang terluka sudah berkurang, walaupun bau akibat tumpukan daging belum hilang sama sekali. Para perawat yang bekerja disana dibawah pengawasan Florence Nightingale. Pada malam hari ketika perawat lain beristirahat memulihkan diri, Florence menulis pengalamannya dan cita-citanya tentang keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.


Kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak terhadap jumlah kematian para prajurit, angka kematian menjadi yang terbanyak diantara rumah sakit lain didaerah tersebut. Sebagian besar para prajurit mati karena penyakit tipes, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka perang. Kondisi rumah sakit menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari daya tampungnya sehingga menyebabkan pembuangan limbah dan ventilasi memburuk.

Pada bulan Maret 1855 setelah hampir enam bulan Florence disana, komisi kebersihan inggris datang memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara sehingga jumlah kematian menurun drastis. Sebelumnya Florence yakin bahwa tingkat kematian prajurit yang tinggi dikarenakan nutrisi yang kurang dari makanan dan juga beban bekerja yang berat bagi prajurit, namun setelah kembali ke inggris dan mengumpulkan bukti-bukti dihadapan komisi kesehatan tentara inggris, akhirnya Florence menyadari bahwa tingkat kematian yang tinggi diakibatkan karena kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan, sehingga ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal utama. Kampanye tersebut berhasil menurunkan angka kematian prajurit pada saat tidak terjadi peperangan dan Florence menunjukan betapa pentingnya desain pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.

Pada saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali. Rombongan pertama datang namun ternyata jumlahnya sedikit, Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.


Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia. Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.

Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Nightingale menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.

Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada saat perang.Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi Sekretaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyelamatkan banyak jiwa dari kematian.

Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama. Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang terdidik. Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London.

Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.

Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi. Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita. Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika“, berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.

Pada tahun 1883 Florence dianugerahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria. Pada tahun 1907 Florence Nightingale dianugerahi dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini. Pada tahun 1908 ia dianugerahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.


Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.

1 Mei 2016

ASKEP PERFORASI MEBRAN TYMPANI



ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. “A“ DENGAN GANGGUAN SISTEM
 SENSORI PERSEPSI “PERFORASI MEMBRAN TYMPANI”
 DI POLI THTRSU ANDI MAKKASAU TIPE B
PARE-PARE





OLEH :
KELOMPOK 4 :
1.      MUAZ
2.      FAHTIAR ADAM
3.      KASTURI
4.      SURIANA R.
5.      NURHIDAYAH
6.      RIRIS DARIANTI


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA. 2016/2017



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Perforasi Membran Timpani” susai dengan waktu yang telah ditentukan. Adapun penulisan asuhan keperawatan ini dalam rangka memenuhi tugas dalam mata kuliah “Sistem Sensori Persepi”.
Asuhan keperawatan ini dibuat untuk melatih mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya, dan didalam pembuatan asuhan keperawatan ini kami dapat mempelajari dan mengetahui bagaimana cara atau menyikapi tentang masalah-masalah kesehatan pada kehidupan kita yang biasa saja timbul berbagai macam tanda-tanda atau gejala-gjala penyakit pada umumnya.
Atas tersusunnya asuhan keperawatan ini, kami  berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam penulisan asuhan keperawatan ini sampai selesai.
Kami menyadari bahwa asuhan keperawatan yang kami susun ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, guna kesempurnaan dalam penulisan asuhan keperawatan ini.
Demikian sebuah pengantar dari kami, dan kami sangat berharap nantinya asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi para pembaca.



Baranti,   April 2016

                                                                                                            Kelompok 4





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................        i
DAFTAR ISI.....................................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang....................................................................................................        1
B.     Rumusan Masalah...............................................................................................        2
C.     Tujuan.................................................................................................................        2
BAB II  ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERFORASI MEMBRAN TYMPANI
A.    Pengkajian...........................................................................................................      6
B.     Diagnosa Keperawatan.......................................................................................      11
C.     Intervensi............................................................................................................      12
D.    Implementasi.......................................................................................................      13
E.     Evaluasi...............................................................................................................      13
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.........................................................................................................      15
B.     Saran...................................................................................................................      15
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perforasi membran timpani biasanya disebabkan oleh trauma atau infeksi. Sumber trauma meliputi fraktur tulang tengkorak,cedera ledakan, atau hantaman keras pada telinga. Infeksi kronik telinga tengah tidak hanya mengakibatkan kerusakan membran timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotika, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotika yang bijaksana pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus mastoid akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak mendapatkan perawatan telinga yang tidak memadai dan mengalami infeksi telinga yang tidak ditangani. Selain itu untuk kasus dengan penanganan yang terlambat dapat menyebabkan berbagai masalah yang membahayakan diantaranya paralis nervus fasialis, kehilangan pendengaran sensorineural dan atau gangguan keseimbangan ( akibat erosi telinga dalam ) dan abses otak. ( Suzanne C. Smeltze, 2001)
Fenomena inilah yang menarik kami untuk mengadakan penyusunan makalah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Dengan  Gangguan Sistem Pendengaran Akibat Otitis Media Kronis ” dengan harapan karya ini dapat dipakai untuk mengetahui tentang otitis media kronis lebih lanjut.

B.     Rumusan Masalah
Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Perforasi membran tympani?
C.    Tujuan
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan perforasi mebran tympani.


BAB II
TINJAUAN KASUS

Tn. “ A “, berusia 50 tahun didampingi istri ke Poli THT RSU Andi Makkasau dengan keluhan utama keluar cairan dari telinga kanan. Sebelum keluar cairan dari telinga kanan, klien membersihkan telinga dengan menggunakan peniti karena telinga terasa gatal dan sakit. Hingga klien merasa ada cairan berwarna kekuningan yang keluar dari telinga kanan. Selain itu klien juga mengeluh, pendengaran berkurang sejak keluarnya cairan dari telinga kanan.
Karena khawatir dengan kondisinya klien memeriksakan telinganya di Poli THT RSU Andi Makkasau Pare-pare pada tanggal 11 Januari 2016.



ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. “A“ DENGAN GANGGUANSISTEM
 SENSORI PERSEPSI “PERFORASI MEMBRAN TYMPANI”
 DI POLI THTRSU ANDI MAKKASAU TIPE B
PARE-PARE
No. RM                                                     : 350116
Ruangan                                                  : Poli THT
Tgl Pengkajian : 11 Januari 2016
I.       PENGKAJIAN
A.    Data Umum
a.   Identitas Klien
Nama                                          :    Tn. “ A
Umur                                          :    50 th
Tempat/Tgl lahir                         :    Pare-pare / 04 Januari 1980
Jenis kelamin                              :    Laki-laki
Status perkawinan                      :    Kawin
Agama                                        :    Islam
Suku/Bangsa                              :    Bugis / Indonesia
Pekerjaan                                    :    Pedagang
Alamat                                       :    Pangkajene
Sumber informasi                       :    Istri
b.   Identitas Penanggung Jawab
Nama                                          :    Ny. “L”
Umur                                          :    33 th
Pekerjaan                                    :    Pedagang
Alamat                                       :    Pangkajene
Agama                                        :    Islam
Hub. dgn klien                           :    Istri
B.     Riwayat Kesehatan Saat Ini
1.      Keluhan Utama
Keluar cairan dari telinga kanan
2.      Keluhan saat ini
Klien mengatakan keluar cairan berwarna kekuningan pada telinga kanan dan klien merasa pendengaran berkurang.
C.    Riwayat Keperawatan         
a.       Riwayat keperawatan sekarang
            Sebelum keluar cairan dari telinga kanan, klien membersihkan telinga dengan menggunakan peniti karena telinga terasa gatal dan sakit. Hingga klien merasa ada cairan berwarna kekuningan yang keluar dari telinga kanan. Selain itu klien juga mengeluh, pendengaran berkurang sejak keluarnya cairan dari telinga kanan.
Karena khawatir dengan kondisinya klien memeriksakan telinganya di Poli THT RSU Andi Makkasau Pare-pare pada tanggal 11 Januari 2016.
b.      Riwayat keperawatan dahulu
                  Klien mengatakan sebelumnya belum pernah menderita penyakit seperti ini. Klien juga tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi, DM, jantung dan paru-paru.
c.       Riwayat keperawatan keluarga
                                    Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan dan menular.
D.    Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga klien yang memiliki keluhan dan riwayat penyakit yang sama dengan klien.
E.     Riwayat Psiko-Sosio-Spiritual
1.      Persepsi diri
Hal yang amat dipikirkan saat ini :
ü  Klien merasa malu dengan kondisi yang dialami saat ini.
Harapan setelah perawatan  : 
ü  Klien berharap setelah perawatan / pengobatan fungsi pendengarannya dapat pulih kembali.
2.      Rentang perhatian       : Kurang baik.
ü  Klien nampak berulang kali tanya jika ditanya
ü  Nampak wajah klien tidak memperhatikan jika ditanya
ü  Klien nampak malu saat diperiksa dan ditanya penyebab penyakitnya
3.      Hubungan / komunikasi
a.       Tempat Tinggal.
(     ) Sendiri
(  Ö ) Bersama, yaitu :  istri dan anak
b.      Bicara
(  Ö  )  Jelas                                          Bahasa Utama : Indonesia
(  Ö  ) Relevan
(  Ö  ) Mampu mengekspresikan                      Bahasa Daerah : Bugis.
(  Ö  ) Kurang mampu mengerti orang lain
c.       Kehidupan Keluarga.
·      Adat istiadat yang dianut                   : Bugis..
·      Pola komunikasi                                  : Kurang baik
4.      Pertahanan koping
a.       Pengambilan keputusan.
(       ) Sendiri
(  Ö   ) Dibantu orang lain : istri
b.      Yang ingin dirubah dari kehidupan : Kondisi sakit.
c.       Yang dilakukan jika stres  :
(    ) Pemecahan                                   (    ) Makan
(    ) Tidur                                            (    ) Makan obat
(    ) Cari pertolongan                         
(    ) Lain (diam/marah/dll) :
5.      Sistem nilai dan kepercayaan.
a.       Siapa atau apa sumber kekuatan :  Allah SWT dan keluarga
b.      Apakah Agama dan Kepercayan penting bagi klien   (  Ö   ) Ya     (    ) Tidak
c.       Kegiatan agama yang dilakukan (macam dan frekuensi) : sholat 5 waktu, puasa.
d.      Kegiatan agama/kepercayaan yang dilaksanakan : Sholat 5 waktu
6.      Tingkat perkembangan.
·         Usia : 36 tahun                                   
·         Karakteristik : Dewasa akhir (36-45 thn)
F.     Pemeriksaan Fisik 
Keadaan umum                      
a.       Tingkat kesadaran       : Composmentis
b.      Tanda-tanda vital        :
TD       : 130/90 mmHg
S          : 37°C
 N        :88 x/menit     
RR       : 20 x/menit
c.       Kepala                         : Mesochepal, rambut hitam, bersih, pendek, rapih
d.      Mata                            : Simetris kanan dan kiri
e.                                                                                  Telinga                                    :            Simetris kiri dan kanan, ada cairan berwarna kekuningan pada telinga kanan (+), serumen (+)
f.       Mulut                          : Tidak ada stomatitis, caries pada gigi (-)
g.      Hidung            : Tidak ada sekret
h.      Leher                           : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
i.        Dada                           :          
                                          -                 Paru       :            I     :           Simetris kanan dan kiri
                                                               P                      :     Fremitus raba kanan =  kiri
                                                               P                      :     Sonor
                                                               A                     :     Vesikuler
                                          -                 Jantung :             I     :           IC tidak tampak
                                                               P                      :     IC kuat angkat
                                                               P                      :     Batas jantung tidak melebar
                                                               A                     :     Bunyi jantung I, II reguler
                                          -                 Abdomen :         I     :           Tidak ada lesi
                                                               A                     :     Peristaltik usus 12 x/menit
                                                               P                      :     Tidak ada nyeri tekan
                                                               P                      :     Tympani
k.                                       Ekstremitas                          :     Tidak ada cyanosis, pergerakan bebas atas, bawah
G.    Penatalaksanaan Medis
a.       Cepro 2 x 500 mg
b.      Methyl prod 2 x 500 mg
c.       Cholapenikol 3 x 1
d.      Amoxcilin 3 x 1


PATHWAY PERFORASI MEMRAN TYMPANI
Mikroorganisme
â
Lubang telinga tengah
â
Menimbulkan peradangan
â
Timbul otore, secara terus menerus
â
Infeksi
Perawatan diri yang salah
â
Radang pada telinga
â
Penurunan syaraf pendengaran
â
Gangguan fungsi pendengaran
OMA
â
OMSK
â
 


Gangguan harga diri rendah
 









DATA FOKUS
a.   Data subyektif :
1)      Klien mengatakan telinga kanan keluar cairan berwarna kekuningan
2)      Klien mengatakan pendengarannya berkurang
3)      Klien mengatakan merasa malu dengan penyakitnya
b.   Data obyektif :
1)      Terlihat ada cairan berwarna kekuningan di telinga kanan
2)      Klien nampak berulang kali tanya, jika ditanya
3)      Klien nampak malu saat diperiksa dan ditanya penyebab penyakitnya
4)      Nampak ada serumen pada telinga kanan
5)      Nampak wajah klien tidak memperhatikan jika ditanya

NALISA DATA
No
Data
Etiologi
Problem
1.
DS : Klien mengatakan telinga kanan keluar cairan berwarna kekuning-kuningan
DO:  Terlihat ada cairan berwarna kekuningan pada telinga kanan, serumen (+)
Masuknya mikroorganisme
Infeksi
2.
DS : Klien mengatakan pendengarannya berkurang
DO:  Klien nampak berulang kali tanya jika ditanya
         Tampak wajah klien tidak memperhatikan jika ditanya
Gangguan telinga dalam
Gangguan persepsi sensori pendengaran
3.
DS : Klien mengatakan malu dengan penyakitnya
DO:  Klien nampak malu saat diperiksa dan ditanya penyebab penyakitnya
Penyakit OMSK
Gangguan harga diri rendah


II.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme.
2.      Gangguan fungsi pendengaran berhubungan dengan adanya otore.
3.      Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan penyakit OMSK.


III. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.   Dx. I
Tujuan :     Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam infeksi hilang.
KH             :                             a.   Infeksi hilang
                                           b.  Klien tampak tenang
                                                 c. Telinga bersih tidak ada otore
Intervensi :
a.         Kaji adanya infeksi
b.         Lakukan aseptik
c.         Kaji keadaan umum dan tanda-tanda vital
d.        Lakukan irigasi telinga
e.         Kolaborasi dalam pemberian antibiotik 
2.   Dx. II
Tujuan          :                          Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam pendengaran baik atau normal.
KH               :                          a.        Klien nampak senang
                                                b.        Klien nampak rileks
                                                c.        Pendengaran baik ataunormal
Intervensi :
a.         Kaji tingkat kerusakan pendengaran
b.         Berikan cara komunikasi yang jelas
c.         Lakukan pemeriksaan telinga
d.        Kolaborasi dalam pemasangan alat bantu telinga
3.   Dx. III
Tujuan :     Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan terhadap diri sendiri.
KH               :                       Klien menerima keadaannya saat ini.
Intervensi :
a.         Kaji tingkat perasaan penerimaan keadaan klien.
b.         Dorong dan beri dukungan dalam perawatan
c.         Bantu klien dalam mengatasi perubahan
d.        Kolaborasi dengan psikiatri dalam program pengobatan
IV. IMPLEMENTASI 
Tanggal,
Hari, Jam
Dx
Implementasi
Respon Klien
Ttd
Senin
11-01-2016
09.00
I

II


I
-   Mengkaji adanya infeksi
-   Melakukan pemeriksaan pada telinga
-   Melakukan irigasi pada telinga
Telinga kanan nampak ada otore
Klien kooperatif


Klien kooperatif

09.05
III
-   Mengkaji tingkat perasaan klien
Klien nampak malu dengan penyakitnya


III
-   Memberi support dan penjelasan tentang penyakit klien
Klien tampak tenang

09.10
I
-   Mengkaji keadaan umum dan tanda-tanda vital
Keadaan umum baik
TD : 130/90 mmHg
N : 84 x/menit

09.15
I
-   Memberikan salep kamyein pada telinga yang sakit
Klien kooperatif


III
-   Mengevaluasi perasaan klien setelah tindakan

Klien nampak senang dan rileks



V.    EVALUASI

Dx
Hari, Tgl/jam
Evaluasi
Ttd
I
Senin,
11-01-2016
10.00
S :    
O : Nampak telinga kanan otore berkurang, warna kekuning-kuningan
A : Masalah belum teratasi
P :   Intervensi dipertahankan :
-    Lakukan pemeriksaan dan irigasi telinga
-    Kaji keadaan umum dan tanda-tanda vital
-    Kolaborasi dalam pemberian antibiotik

II
Senin,
11-01-2016
10.20
S :   Klien mengatakan pendengaran masih terganggu
O :   Klien nampak masih masih bertanya jika ditanya
A : Masalah belum teratasi
P :   Intervensi dipertahankan
-    Lakukan pemeriksaan telinga
-    Bantu dalam komunikasi dengan orang lain

III
Senin
11-01-2016
10.45
S :   Klien mengatakan bisa menerima keadaannya sekarang ini
O : Klien nampak menerima keadaanya sekarang
       Klien nampak tenang
A : Masalah gangguan harga diri rendah teratasi
P :   Hentikan intervensi











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perforasi atau hilangnya sebagian jaringan dari membran timpani yang menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi dari membrane timpani. OMSK ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2 bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga tengah dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening atau berupa nanah.
B.     Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkanpembaca mampu memperluas wawasanya tentang kasus perforasi membran tympani.




















DAFTAR PUSTAKA

Djaafar, Z.A. 2004. Kelainan Telinga Tengah. Dalam E.A. Soepardi dan N. Iskandar, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga – Hidung – Tenggorok - Kepala – Leher. Edisi V Cetakan IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
 Jackler, R.K.; Kaplan, M.J. 2002. Ear, Nose, & Throat. Dalam L.M. Tierney, Jr., S.J. McPhee, dan M.A. Papadakis; Current Medical Diagnosis & Treatment 2002. San Fransisco: Lange Medical Books / McGraw-Hill.
Jain, A.; Knight, J.R. 2003. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Surgical Treatment. www.emedicine.com: situs internet.
Jones, M.; Wilson, L. 2004. Otitis Media. www.emedicine.com: situs internet.
Parry, D.; Roland, P.S. 2005. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Medical Treatment. www.emedicine.com: situs internet.