25 Oktober 2015

KONSEP DASAR MEDIS IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA


A.           DEFINISI
                     ITP merupakan penyebab paling umum gangguan hemoragik dan penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi. (Kapita Selekta, 2008 : 1035) ITP adalah trombositopenia dengan penyebab proses imun (adanya antibodi terhadap trombosit). (Wiwik dan Sulistyo, 2008 : 129)
                     ITP merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura. Idiopatik artinya penyebabnya tidak diketahui. Trombositopenia artinya berkurangnya jumlah trombosit dalam darah atau darah tidak mempunyai platelet yang cukup. Purpura artinya perdarahan kecil yang ada di dalam kulit, membrane mukosa atau permukaan serosa (Dorland, 2009 : ).
                        Trombositopenia  adalah  suatu  kekurangan  trombosit,  yang merupakan bagian dari pembekuan darah. ITP adalah jenis trombositopenia berat yang dapat mengancam kehidupan dengan jumlah trombosit < 10.000 mm3  yang ditandai dengan mudahnya timbul memar serta perdarahan subkutaneus yang multiple. Biasanya penderita menampakkan bercak-bercak kecil berwarnan ungu. Karena jumlah trombosit sangat rendah, maka pembentukan bekuan tidak memadai dan konstriksi pembuluh yang terlukan tidak adekuat.
                     ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit maupun selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Purpura Trombositopenia Idiopatika adalah suatu kelainan yang didapat, yang ditandai oleh trombositopenia, purpura, dan etiologi yang tidak jelas. ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenia Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenia berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan).
                     ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 – 8 tahun), lebih sering terjadi pada wanita. (Kapita Selekta, 2008). ITP adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi. ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sumsum normal.

B.                 ETIOLOGI

1.      Hipersplenisme.
2.      Infeksi virus.
3.      Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid).
4.      Bahan kimia.
5.      Pengaruh fisi (radiasi, panas).
6.      Kekurangan factor pematangan (malnutrisi).
7.      Koagulasi intra vascular diseminata CKID.
8.      Autoimune.

C.                PATOFISIOLOGI

            ITP adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum terjadi. ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Penyebab sebenarnya tidak diketahui, meskipun diduga disebabkan oleh agen virus yang merusak trombosit. Pada umumnya gangguan  ini didahului oleh penyakit dengan demam  ringan 1 – 6 minggu sebelum timbul gejala. Gangguan ini dapat digolongkan  menjadi 3 jenis, yaitu akut, kronik dan  kambuhan. Pada anak-anak mula-mula terdapat gejala diantaranya demam, perdarahan, petekie, purpura dengan trombositopenia dan anemia.
D.                KOMPLIKASI

1.      Reaksi tranfusi
2.      Relaps.
3.      Perdarahan susunan saraf pusat (kurang dari 1% kasus yang terkena)
4.      Efek samping dari kortikosteroid
5.      infeksi pneumococcal. Infeksi ini biasanya didapat setelah pasien mendapat terapi splenektomi. Si penderita juga umumnya akan mengalami demam sekitar 38.80C.

E.                 MANIFESTASI KLINIS

1.      Tanda dan Gejala
a.       Masa prodormal, keletihan, demam dan nyeri abdomen.
b.      Secara spontan timbul petekie dan ekimosis pada kulit.
c.       Epistaksis.
d.      Perdarahan mukosa mulut.
e.       Menoragia.
f.       Memar.
2.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan Trombosit <10.000/ml. Terkadang dapat terjadi anemia ringan yang disebabkan oleh perdarahan.
b.      Pemerisaan Morfologi sel darah normal, kecuali trombosit yang agak membesar (Megakariosit). Megakariosit merupakan trombosit yang dihasilkan sebagai respon dari destruksi trombosit.
c.       Pemeriksaan Leukosit normal
d.      Pada pemeriksaan sumsum tulang terlihat normal dengan jumlah megakariosit normal atau meningkat
e.       Masa Perdarahan memanjang




F.                 PENATALAKSANAAN

·         ITP Akut
Ø  Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
Ø  Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid.
Ø  Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
Ø  Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.

·         ITP Menahun
Ø  Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Ø  Missal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
Ø  Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
o   Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
o   Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
Ø  Splenektomi.
Ø  Indikasi:
o   Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.
o   Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
Ø  Kontra indikasi:
o   Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus)






1.                  PENGKAJIAN

a)         Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b)        Tanda-tanda perdarahan.
·         Petekie terjadi spontan.
·         Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
·         Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
·         Menoragie.
·         Hematuria.
·         Perdarahan gastrointestinal.
c)         Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d)        Aktivitas / istirahat.
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.
              Toleransi terhadap latihan rendah.
Tanda : takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.
              Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
e)         Sirkulasi.
Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat, palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.

f)         Integritas ego.

Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse darah.
Tanda : DEPRESI.

g)        Eliminasi.

Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
Tanda : distensi abdomen.

h)        Makanan / cairan.

Gejala : – penurunan masukan diet.
- mual dan muntah.
Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.

i)          Neurosensori.

Gejala : – sakit kepala, pusing.
- kelemahan, penurunan penglihatan.
Tanda : – epistaksis.
- mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal).

j)          Nyeri / kenyamanan.

Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
Tanda : takipnea, dispnea.

k)        Pernafasan.

Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, dispnea.

l)          Keamanan
Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
Tanda : petekie, ekimosis





2.                  DIAGNOSA

1.      Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk suplai oksigen
2.      Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
3.      Nyeri berhubungan dengan agen biologis (splenomegali)
4.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake nutrisi tidak adekuat
5.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
6.      Resiko tinggi cedera berhubungan dengan meningkatnya kerentanan pendarahan
7.      Defisit pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya informasi
8.      Ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan


3.                  INTERVENSI

1.         Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk suplai oksigen
a. Tujuan
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam menunjukkan perbaikan perfusi jaringan

b. Kriteria Hasil
-           Tidak ada atau penurunan takipneu
-           Menunjukan TTV stabil

c. Intervensi
1)             Observasi secara berkala adanya dispnea, takipnea, adanya bunyi nafas
                        tak normal atau menurun, terbatasnya ekspansi dinding dada.
Rasional ; Deteksi dan pengawasan terhadap proses perfusi jaringan. Takipnea dapat terjadi karena peningkatan kompensasi curah jantung.
2)   Observasi  perubahan  pada  tingkat  kesadaran yang dapat terjadi
                 secara tiba-tiba
                 Rasional : Hipoksia dapat mempengaruhi fungsi otak dan perubahan
                 kesadaran.
3)   Pantau adanya sianosis dan perubahan pada warna kulit termasuk
                 membrane mukosa dan kuku.
                 Rasional :
                 Sianosis menunjukkan suplai oksigen pada jaringan sangat
                 berkurang.
4)   Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
5)   Tingkatkan tirah baring atau batasi latihan fisik dan bantu aktifitas
                 perawatan diri sesuai keperluan
                 Rasional: Menurunkan konsumsi oksigen dalam metabolisme tubuh.
6)   Berikan oksigen sesuai kebutuhan dan indikasi
                 Rasional: Memenuhi kebutuhan oksigen dan mengoptimalkan suplai
                 oksigen untuk metabolisme tubuh.
7)   Kolaborasi :
                 Pemberian Kortikosteroid, terapi awal prednison dosis 0,5-1,2
                 mg/kgBB/hari selama 2 minggu.
                 Rasional : Untuk menekan respon kekebalan tubuh dan meningkatkan
                 jumlah trombosit.

2.         Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
a. Tujuan
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam menunjukkan perbaikan integritas kulit

b. Kriteria Hasil
-           Integritas kulit baik dapat dipertahankan
-           Tidak ada lesi pada kulit
-           Klien dapat mengidentifikasi faktor risiko atau perilaku untuk mencegah cedera dermal

c. Intervensi
1)   Bina hubungan saling percaya pada klien saat pemeriksaan
          Rasional : Meningkatkan kerjasama dalam pelayanan keperawatan
2)     Observasi integritas kulit, catat perubahan pada turgor
Rasional ; Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh, mudah rusak dan terinfeksi.
2)   Observasi  kualitas petekie, ekimosis dan purpura yang muncul
                 Rasional : Merupakan gejala dari adanya pendarahan dibawah
                 permukaan kulit sebagai deteksi ITP
3)   Pantau adanya sianosis dan perubahan pada warna kulit termasuk
                 membrane mukosa dan kuku.
                 Rasional :
                 Sianosis menunjukkan suplai oksigen pada jaringan sangat
                 berkurang.
4)   Jelaskan gejala dari proses penyakit untuk mencegah ansietas
                 Rasional : Manifestasi yang muncul secara mendadak dapat
                 meningkatkan resiko ansietas pada klien dan cedera
5)   Berikan kebersihan lingkungan dan tempat tidur klien yang kering dan
                 hindari kelembapan
                 Rasional : Media lembab dan kebersihan minimal merupakan media
                 yang baik untuk pertumbuhan organisme patogenik, meningkatkan
                 resiko infeksi.
6)   Batasi aktivitas dan hindarkan dari benda-benda berbahaya dan tajam
                 Rasional : Mencegah resiko cedera yang akan memperburuk integritas
                 kulit dan pendarahan hebat.
7)   Anjurkan dan bantu untuk sering mengubah posisi.
                 Rasional : mencegah komplikasi dekubitus yang sangat dikhawatirkan
                 pada penderita ITP
8)   Programkan jad wal dan bantu untuk latihan rentang gerak aktif atau
                 pasif  secara bertahap sesuai indikasi
                 Rasional : Meningkatkan sirkulasi jaringan dan mencegah statis
9)   Kolaborasi
Gunakan alat pelindung atau alas dengan bahan khusus, misalnya pada
tempat tidur dengan sprei bahan lembut dan tidak panas.
Rasional: Menghindari kerusakan kulit dengan mencegah dan menurunkan tekanan pada permukaan kulit.
10)    Pantau integritas kulit secara berkala, petekie, ekimosis dan purpura
                 Rasional : Penilaian terhadap intervensi yang dilakukan dan deteksi
                 adanya komplikasi atau perburukan kondisi

3.         Nyeri berhubungan dengan agen biologis (splenomegali)
b.    Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  1 x  60 menit nyeri

berkurang dan terkontrol


c.    Kriteria Hasil
-       TTV dalam batas normal
-       Nyeri hilang atau berkurang
-       Klien dapat mengontrol nyeri
-       Dapat mempraktekkan manajemen nyeri

a.    Intervensi
1)   Bina hubungan saling percaya dengan klien
                 Rasional : Meningkatkan kerjasama selama proses keperawatan
2)   Observasi keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat
                 faktor-faktor yang memperberat nyeri.
                 Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri
                 dan keefektifan program.
3)   Ajarkan teknik manajemen nyeri, dengan distraksi dan pengalihan
                 perhatian
Rasional :  Kemampuan manajemen nyeri mampu mengurangi dan mengontrol rasa nyeri.
4)   Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan
Rasional : Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada daerah yang nyeri.
5)   Anjurkan dan bantu untuk sering mengubah posisi.
                 Rasional : mencegah komplikasi dekubitus yang sangat dikhawatirkan
                 pada penderita ITP
6)   Bantu untuk bergerak di tempat tidur, hindari gerakan yang menyentak.
                 Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum berkelanjutan dan
                 kekakuan sendi sekitar daerah nyeri.
7)   Kolaborasi
                 Lakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap
                 Rasional : Mengetahui jumlah trombosit penurunan kadar Hb dan
                 leukosit terhadrap proses penyakit
8)   Kolaborasi
                 Lakukan uji antibodi trombosit dengan tes sensitif
                 Rasional :  Menunjukkan jumlah Ig G antitrombosit pada permukaan
                 atau dalam serum. Mengetahui faktor penyebab splenomegali.
9)   Kolaborasi
                 Berikan obat-obatan analgesik sesuai indikasi dan advice dokter
                 (misalnya : asetil salisilat)
                 Rasional : Sebagai anti inflamasi dan pereda nyeri, meningkatkan
                 mobilitas.
10)    Kolaborasi
                 Imunosupressan : Siklofosfamid (2 mg/kgBB/hari per oral)
                 Rasional : Golongan obat agen imunosupresif, menekan sistem
                 kekebalan alami tubuh
11)    Pantau daerah nyeri pada lokasi splenomegali
                 Rasional : Menentukan intervensi yang dilakukan, mengetahui kualitas
                 pembesaran dan pembentukan neoantigen dengan proses perjalanan
                 penyakit.
12)    Pantau kualitas nyeri terhadap perkembangan pengobatan
                 Rasional : Deteksi dini adanya gangguan atau meningkatnya tingkat
                 keparahan setelah pengobatan


4.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat
a.         Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  3 x 24 jam nutrisi seimbang
b.        Kriteria hasil
- Klien mengatakan nafsu makan meningkat.
- Berat badan  stabil
- Klien terlihat dapat menghabiskan porsi makan yang di sediakan.
c.         Intervensi
1)   Dokumentasikan status nutrisi klien, catat turgor kulit,berat badan,saat ini dan tingkat kehilangan berat badan , integritas mukosa mulut, tonus perut  riwayat nausea, vomitus atau diare.monitor intake output serta berat badan secara terjadwal.
                 Rasional : Menjadi data fokus untuk menentukan rencana tindakan
                 lanjutan setelah  tindakan yang diberikan kepada klien.
2)   Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
Rasional : Meningkatkan kenyamanan flora normal mulut , sehingga
                 akan meningkatkan perasaan nafsu makan. Mencegah infeksi.
3)   Anjurkan makanan sedikit tapi sering dengan diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
                 Rasional : Meningkatkan intake makanan dan nutrisi klien terutama
                 kadar protein tinggi  akan meningkatkan mekanisme tubuh dalam
                 proses penyembuhan.
4)   Anjurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah terutama yang di sukai oleh klien dan makan bersama klien jika tidak ada kontra indikasi.
Rasional : Merangsang klien untuk bersedia meningkatkan intake makanan yang berfungsi sbg sumber energi bagi penyembuhan.
5)   Anjurkan pada ahli gizi untuk menetukan untuk komposisi diet.
Rasional : Menetukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi klien.
6)   Programkan diet kaya vitamin K, dominasi menu sayur-sayuran hijau
                 Rasional : Vitamin K berfungsi untuk membantu penggumpalan darah.
7)   Hindarkan dari segala jenis makanan mengandung MSG
Rasional : Menyebabkan memar-memar pada tubuh dan memperburuk
gejala klien
8)   Monitor pemeriksaan laboratorium misal BUN serum protein dan
albumin.
                 Rasional : Mengontrol keefektifan tindakan terutama dengan kadar
                 protein darah.
9)   Berikan vitamin sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan komposisi tubuh dan nafsu makan klien.

5.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
a.         Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  1 x 24 jam klien menunjukkan toleransi aktifitas
b.         Kriteria hasil
-           Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas sesuai indikasi
-           TTV stabil saat beraktivitas
-           Kadar Hb dalam batas normal
c.         Intervensi
1)   Bina hubungan saling percaya pada klien
Rasional : Meningkatkan kerjasama selama proses keperawatan
2)   Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal, catat laporan kelemahan, keletihan.
     Rasional : Mengetahui tingkat intoleransi pasien, mempengaruhi pilihan intervensi dan program latihan.
2)   Pantau TD, nadi, dan pernafasan saat sebelum, selama dan sesudah aktivitas
     Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen ke jaringan.
3)   Berikan lingkungan yang tenang dalam proses keperawatan
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh.
4)   Ajarkan dan bantu  untuk sering mengubah posisi dengan perlahan tanpa gerakan menyentak 
Rasional : Mencegah komplikasi dekubitus yang akan memperburuk kondisi klien. Gerakan menyentak dapat memicu hipotensi postural.
5)   Pantau adanya pusing dan penurunan kesadaran
     Rasional : hipotensi postural atau hipoksia serebral menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
6)      Kolaborasi pemeriksaan darah lengkap secara berkala
Rasional : Mengetahui jumlah masing-masing komponen darah terutama hemoghlobin
7)      Pantau kadar hemoghlobin secara teratur
Rasional : Mengetahui kadar hemoghlobin klien yang berpengaruh pada aktivitas yang akan diprogramkan
8)      Jadwalkan program latihan sesuai indikasi
Rasional : Meragsang toleransi aktivitas dengan memberikan latihan secara bertahap
9)   Pantau status nutrisi dan programkan diet kaya zat besi
                 Rasional : Status nutrisi berpengaruh pada kemampuan klien toleransi
                 aktifitas. Diet kaya zat besi membantu menstabilkan kadar hemoghlobin
                 dalam darah

6.        Resiko tinggi cedera berhubungan dengan meningkatnya kerentanan
       pendarahan.
a.         Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  1 x 24 jam klien melakukan aktivitas dengan terhindar dari resiko cedera
b.         Kriteria hasil
-           Klien terbebas dari cedera
-           Klien mampu memahami dan mempraktekkan cara atau metode untuk mencegah cedera
-           Klien dan keluarga mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan atau perilaku personal untuk menghindari cedera
-           Mampu memodifikasi gaya hidup dengan aktivitas sederhana bebas resiko cedera
-           Mampu mengenali perubahan status yang ada

c.         Intervensi
1)             Kondisikan  lingkungan yang aman dan tenang untuk pasien
                  Rasional : Meminimalkan rangsangan dan menghindari ansietas yang
                  dapat meningkatkan resiko cedera
2)             Identifikasi kebutuhan keamanan klien, sesuai dengan kondisi fisik
                  dan fungsi kognitif  pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien.
                  Rasional : Adaptasi aktivitas klien menghindari gerak berlebihan dan
                  mencegah komplikasi
3)             Memodifikasi lingkungan yang berbahaya dan jauhkan dari benda
                  benda tajam
                  Rasional : Menghidarkan terjadinya cedera kecil sampai berat yang
                  akan  menimbulkan  pendarahan.  Tetap  dapat  beraktivitas  untuk
                  memenuhi kebutuhan sesuai kemampuan kognitif tanpa terhambat oleh
                  kondisi sekitar.
4)             Memasang side rail tempat tidur
                  Rasional : Melindungi dari resiko jatuh ketika tidur atau gerakan tubuh
                  yang tidak terkoordinasi apabila muncul tiba-tiba.
5)             Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
                  Rasional : Memelihara kenyamanan dengan keterbatasan aktivitas,
                  sehingga kebersihannya tetap terjaga.
6)             Memberikan penerangan yang cukup dan menempatkan saklar lampu
                  ditempat yang mudah dijangkau pasien.
                  Rasional : Memudahkan untuk memenuhi penerangan sesuai
                  kebutuhan dan enghindarkan dari resiko jatuh atau terkena benda
                  tajam.
9)             Anjurkan dan diskusikan dengan  keluarga untuk melakukan
                  pengawasan aktivitas pada klien
                  Rasional : Membantu dalam pengawasan aktivitas pasien
10)  Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya
                  perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
                  Rasional : Pemahaman yang cukup bagi keluarga atas perubahan
                  kesehatan pada penderita sangat penting, untuk meningkatkan kerja
             sama keluarga dengan perawat dalam proses penyembuhan.





4.                  EVALUASI

·                  Keseimbangan cairan kembali ke kondisi normal
·         Menunjukkan berat badan stabil
·         Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
·         Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif
·         Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
·         Menyatakan pemahaman proses penyakit.
·         Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan


DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Wiwik, Sulistiyo A.B. 2008. Pada Klien dengan Gangguan System Hematologi. Jakarta : Salemba medika
Kimberly, AJ. Bilotta. 2012. Kapita Selekta Penyakit : dengan Implikasi Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC
Nurarif, A.H, Hardi Kusuma. 2013.  Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta: Media Action Publishing
Pearce, Evelyn .C. 2013. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Prima Grafika
Potter, Patricia A.,  Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik Volume 1. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Volume 2. Jakarta : EGC.
Yuliani, Rita, Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto
Dokter Sehat Team. 2013. http://doktersehat.com/purpura-trombositopenik-idiopatik-itp/ (Diakses pada tanggal 14 November 2014, pukul 16.20)